Airell Tufliado

Menulis, upaya untuk meninggalkan dunia

Biografi Abu Bakar ash-Shiddiq

abu-bakar

Sumber gambar: abuthalhah.wordpress.com

Nama dan Nasab (hubungan keluarga)

Abu Bakar lahir 2 tahun 6 bulan setelah peristiwa penyerangan Pasukan Gajah ke Ka’bah. Nama lengkapnya ‘Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi.

عبد الله بن عثمان بن عامر بن عمرو بن كعب بن سعد بن تيم بن مرة بن كعب بن لؤي بن غالب بن فهر بن مالك بن النضر وهو قريش بن كنانة بن خزيمة بن مدركة بن إلياس بن مضر بن نزار بن معد بن عدنان التيمي القرشي

Ibunya bernama Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin ‘Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim.

أم الخير سلمى بنت صخر بن عامر بن كعب بن سعد بن تيم بن مرة التيمية القرشية

Kuniyah Ayahnya yaitu Abu Quhafah. Kuniyah Abu Bakar adalah ‘Atiiq (masa Jahiliyah), dalam satu riwayat dikarenakan wajah yang tampan dan nasab yang baik, di riwayat yang lain karena ibunya bernazar jika anaknya lahir dengan selamat (sebelumnya anak-anaknya wafat ketika kecil) maka akan ‘diwakafkan’ untuk Ka’bah (Baitul ‘Atiq). Kuniyah 2 Adiknya yaitu Mu’taq & Utaiq.

Abu Bakar tumbuh di bawah naungan ayahnya yang masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah. Ibunya Ummul Khair, Salma binti Sakhr bin Amir masuk Islam ketika umat Islam berjumlah, 38 orang. Sepupu Abu Quhafah juga masuk Islam.

Fisik dan Sifatnya

Fisik: Kurus, berkulit putih, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya, wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersahaja, jenggotnya diwarnai dengan hinai maupun katam.

Sifat: Lembut, ramah, banyak toleransi, penyabar, baik, berani, teguh, beride cemerlang saat genting, berazam kuat, faqih, paling mengerti tentang nasab Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal dan yakin degan janji-Nya, wara’, jauh dari syubhat, zuhud, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah.

Keislamannya

Abu Bakar adalah lelaki pertama yang masuk Islam, Khadijah adalah orang dan perempuan pertama yang masuk Islam, Ali adalah anak-anak pertama yang masuk Islam, Zaid bin Haritsah adalah budak pertama yang masuk Islam.

Istri-istri dan anak-anaknya

Istri 1: Qutailah binti Abdul Uzza bin Abd bin As’ad saat Jahiliyah, anaknya Abdullah dan Asma’.

Istri 2: Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, anaknya Abdurrahman dan ‘Aisyah.

Istri 3: Asma’ binti Umais bin Ma’ad bin Taim al-Khats’amiyyah (sebelumnya istri dari Ja’far bin Abi Thalib), anaknya Muhammad.

Istri 4: Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari bani al-Harits bin al-Khazraj, anaknya Ummu Kultsum.

Keutamaan:

  1. Abu Bakar ra adalah satu-satunya sahabat yang ada di saat tak ada pertolongan, kecuali pertolongan dari Allah swt di gua saat hijrah ke Madinah (QS. 9: 40).
  1. Abu Bakar adalah sahabat Rasulullah saw yang sangat mengetahui dan sangat menjalankan sunnah Rasul saw.

Ketika Rasulullah saw wafat, salah satu cara beliau meneladani Rasulullah saw adalah dengan bertanya kepada istri Rasulullah saw yang juga sekaligus anaknya, ‘Aisyah ra, perihal apa-apa saja yang biasa Rasulullah saw lakukan.

  • Mengambil zakat dari umat, sebagaimana zakat juga diambil di zaman Rasul.
  • Memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid ra untuk menyerang Romawi di Syam yang sudah dipersiapkan sebelum Rasul wafat.
  • Tetap mempertahankan Khalid bin Walid ra atau saifullah (pedang Allah) sebagai panglima perang (amirul jihad). “Aku takkan menyarungkan pedang Allah yang semasa Rasul senantiasa dihunuskan”
  • Membayarkan diyat atas kesalahan jihad Khalid bin Walid ra, sebagaimana Rasulullah saw pernah juga demikian.
  • Menghabiskan harta di Baitul Maal untuk umat Islam (di akhir wafatnya hanya tersisa 1 dirham), layaknya Rasul yang tak pernah menunggu malam untuk menghabiskan harta rampasan perang.
  • Melanjutkan sunnah menghadiahi sejumlah harta kepada muallaf, sebagaimana Rasul saw.
  1. Iman dan keyakinannya yang kuat

Betapa keimanan dan keyakinan Abu Bakar ra sangat kuat terlihat dalam peristiwa Isra’ Mi’raj dan Perjanjian Hudaibiyah. Ketika kedua peristiwa itu jadi pembicaraan di tengah umat, Abu Bakar ra hanya bertanya siapa yang memberitahukan peristiwa Isra’ Mi’raj dan siapa yang melakukan perjanjian Hudaibiyah? Ketika dijawab, “Rasulullah Muhammad saw,” Abu Bakar ra langsung mengimaninya tanpa bertanya atau tabayyun sedikitpun kepada Rasul saw.

  1. Abu Bakar adalah sahabat yang paling utama

Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiyyah, dia berkata, “Kutanyakan pada ayahku siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah saw?” Maka beliau menjawab, “Abu Bakar!” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab, “Umar.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman sesudahnya maka kukatakan, “Setelah itu pasti anda. Namun beliau menjawab, “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”[i]

  1. Kedudukan Abu Bakar di sisi Rasulullah saw

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilih Abu Bakar sebagai khalil namun dia adalah saudaraku dan sahabatku.“

  1. Abu Bakar ra paling dahulu masuk Islam dan selalu mendampingi Rasul saw.

Diriwayatkan dari Wabirah bin Abdurrahman dari Hammam, dia berkata, Aku mendengar Ammar berkata, “Aku melihat Rasulullah pada waktu itu tidak ada yang mengikutinya kecuali lima orang budak, dua wanita dan Abu Bakar.”

  1. Orang yang paling dicintai Rasulullah saw

Diriwayatkan dari Abu Utsman, dia berkata, “Telah berkata kepadaku Amru bin al-Ash ra bahwa Rasulullah pernah mengutusnya dalam peperangan Dzatus Salaasil, kemudian aku mendatanginya dan bertanya, “Siapakah orang yang paling kau cintai?” Maka Rasulullah menjawab, “‘Aisyah!” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasul menjawab, “Bapaknya.”[ii]

  1. Kemauannya yang tinggi

Gambaran kemauan (azzam) Abu Bakar ra yang kuat dapat dilihat saat beliau menjadi khalifah. Betapa beliau seperti satu-satunya orang yang teguh dalam berislam setelah wafatnya Rasulullah saw hingga ajal mendatangi dirinya 2 tahun 6 bulan kemudian.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga, “Wahai Hamba Allah inilah kebaikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu Bakar berkata, ‘Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, dan aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka.”

  1. Keberkahan Abu Bakar dan keluarganya

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, dia berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan, ketika kami sampai di suatu tempat yang bernama al-Baida -atau di Dzatul Jaisy- terputuslah kalung yang kupakai, maka Rasulullah menyuruh rombongan berhenti untuk mencarinya dan orang-orang pun berhenti bersama beliau, sementara mereka tidak mendapati air dan tidak mempunyai air, maka orang-orang mendatangi Abu Bakar dan berkata, ‘Tidakkah engkau melihat apa yang telah diperbuat oleh ‘Aisyah? Dia telah membuat Rasulullah berhenti dan manusia pun berhenti bersamanya, sementara mereka tidak mendapatkan air dan tidak memilikinya. Maka datanglah Abu Bakar ketika Rasulullah berbaring meletakkan kepala-nya di atas pahaku sedang tertidur, Abu Bakar mendatangiku dan berkata, ‘Engkau telah menahan Rasulullah dan manusia sementara mereka tidak memiliki air dan tidak pula mendapatkannya’.” ‘Aisyah berkata, “Maka ayahku mencelaku habis-habisan sambil menusuk-nusuk pinggangku dengan tangannya, tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali takut Rasulullah terganggu tidurnya, sementara Rasululullah masih tetap tidur hingga pagi datang dan mereka tidak memiliki air, maka Allah turunkan waktu itu ayat mengenai tayammum, “Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).”( An-Nisa’: 43).

Usa’id bin Hudhair ra berkata, “Bukanlah ini awal dari keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar.” Maka ‘Aisyah berkata, “Kemudian kami membangkitkan kendaraan tungganganku dan ternyata kalung tersebut berada di bawahnya.”

  1. Penghuni surga

Sebuah penggalan riwayat dari Sa’id bin Musayyab, dia berkata, “Suatu hari Abu Musa al-Asy’ari ditugaskan mengiringi Rasulullah. Dia mencari Rasul saw hingga akhirnya masuk ke kebun yang di dalamnya terdapat sebuah sumur bernama Aris…………. Saat itu beliau saw sedang duduk-duduk di atas sumur sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kakinya ke dalam sumur, maka aku datang memberi salam kepadanya, kemudian kembali ke pintu sambil berkata dalam hatiku, “Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah saw. Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar ingin membuka pintu, maka kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar!” Maka kukatakan padanya, “Tunggu sebentar!” Aku segera datang kepada Rasulullah saw dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar datang dan minta izin masuk!” Rasulullah saw berkata, “Suruhlah dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga.” Maka aku berangkat menujunya dan berkata, “Masuklah sesungguhnya Rasulullah memberitakan padamu kabar gembira bahwa engkau adalah penghuni surga. Abu Bakar masuk dan duduk di sebelah kanan Rasulullah saw sambil menjulurkan kakinya ke sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dan dia menyingkap kedua betisnya……….”

Jasa-jasa Abu Bakar

Keislaman Abu Bakar paling membawa manfaat besar terhadap Islam. Banyak tokoh besar Islam yang mendapat hidayah diperantarakan oleh Abu Bakar, yaitu Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, ‘Utsman bin ‘Affan, Zubair bin ‘Awwam, dan Thalhah bin ‘Ubaidillah (dalam riwayat yang lain termasuk Abu Ubaidah bin al-Jarrah).

Awal berislam, beliau berinfak 40.000 dirham, salah satunya untuk memerdekakan banyak budak (Bilal, Amirbin Fuhairah, Ummu Ubaisy, Zinnirah, Nahdiyyah dan kedua putrinya, budak wanita milik Bani Muammal).

Beliau tidak pernah absen dalam setiap peristiwa penting Rasulullah saw, kecuali ketika Rasulullah saw wafat.

Semasa kekhalifahan, beliau mampu mengeluarkan umat Islam dari kondisi yang mencekam setelah Rasulullah saw wafat. Mengumpulkan mushaf al-Quran atas usulan Umar bin Khaththab. Memperluas wilayah dakwah dan negeri Islam hingga mendekati perbatasan Mesir, mendekati jantung kota di Syam, dan sebagian wilayah Persia.

Usia dan wafat Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu bakar wafat pada hari Senin di malam hari, tepatnya 8 hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir 13 H. Sebelumnya beliau mengalami sakit selama 15 hari dan Umar menggantikan posisinya sebagai imam kaum muslimin dalam shalat.

Kekhalifahannya berjalan selama 2 tahun 3 bulan, dan beliau wafat pada usia 63 tahun persis dengan usia Nabi saw. QadaruLlah dikumpulkan jasad Abu Bakar di makam Rasul saw, sebagaimana Allah mengumpulkan mereka dalam kehidupan.

Wasiatnya, “Aku akan menyedekahkan hartaku sejumlah yang Allah ambil dari harta fai’ kaum muslimin.” ‘Aisyah menambahkan, “Aku tidak meninggalkan harta untuk kalian (ahli waris) kecuali hewan yang sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita untuk membuat pedang kaum muslimin, karena itu jika aku wafat tolong berikan seluruhnya kepada Umar.” Ketika ‘Aisyah menjalankan wasiat tersebut, Umar berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Bakar, sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi orang-orang yang menjadi khalifah setelahnya.”

Referensi: Al-Bidayah wan-Nihayah “Masa Khulafa’ur Rasyidin”, karya Ibnu Katsir (ebook dapat diunduh di sini)


[i] Perkataan “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin” merupakan bentuk ketawadhu’an Ali karamuLlahu wajhahu, dan perkataan “Abu Bakar dan Umar” adalah bentuk kejujuran belliau ra.

[ii] Perang Dzatus Salasil terjadi dua kali. Pertama terjadi di masa Rasulullah saw pada tahun 8 Hijriyah, namun tidak disebut sebagai ‘ghazwah’ (perang besar) tetapi disebut dengan ‘sarriyah’ (perang kecil) karena hanya 500 orang pasukan dan Rasul saw pun tidak turun berperang. Kedua terjadi di masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq ra pada tahun 12 Hijriyah, perang besar melawan pasukan kerajaan Persia di selat Ubullah (laut antara India dengan Arab).

Tinggalkan komentar

Information

This entry was posted on Desember 7, 2014 by in Kisah Hikmah, Sahabat and tagged , , , , , , .

Berteman di medsos

TwitterFacebook